Home » » Karya Ilmiah Pertanian Tentang Budidaya Semangka

Karya Ilmiah Pertanian Tentang Budidaya Semangka

Posted by Nugroho Pangestu on Kamis, 22 Mei 2014



“Karya Ilmiah Tentang Budidaya Semangka”




Nugroho Pangestu





KATA PENGANTAR



      
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat dan rahmat-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan karya ilmiah ini yang berjudul “Budidaya Semangka”. Karya ilmiah ini di susun untuk melengkapi salah satu tugas mata pelajaran bahasa indonesia.

Meskipun banyak hambatan yang kami alami dalam proses pengerjaannya, tapi kami berhasil menyelesaikan karya ilmiah ini tepat pada waktunya.

Tentunya ada hal-hal yang ingin kami berikan kepada masyarakat dari hasil karya ilmiah ini. Karena itu kami berharap semoga karya ilmiah ini dapat menjadi sesuatu yang berguna bagi kita bersama.

Dan Terima kasih juga kepada beberapa narasumber dalam perumusan karya ilmiah kami ini, sesungguhnya karya ilmiah kami ini masih jauh dari kata sempurna, kami mohon kritik dan sarannya dalam penyempurnaan karya ilmiah ini.








Tangerang,       Mei 2014.



Penyusun,








Bab I
Pendahuluan

1.1 Latar Belakang
Semangka merupakan tanaman buah berupa herba yang tumbuh merambat. Tanaman ini berasal Afrika, kemudian berkembang dengan pesat ke berbagai negara baik di daerah tropis maupun subtropis, seperti: Afrika Selatan, Cina, Jepang, dan Indonesia. Tanaman semangka bersifat semusim, tergolong cepat berproduksi karena umurnya hanya sampai 6 bulan.

Tanaman semangka dibudidayakan untuk dimanfaatkan sebagai buah segar, tetapi ada yang memanfaatkan daun dan buah semangka muda untuk bahan sayur-mayur. Biji semangka bisa diolah menjadi makanan ringan yang disebut “kuwaci” (disukai masyarakat sebagai makanan ringan). Kulit semangka juga dibuat asinan/acar seperti buah mentimun atau jenis labu-labuan lainnya.

Klasifikasi botani tanaman semangka adalah sebagai berikut:
Divisi               : Spermatophyta
Sub divisi        : Angiospermae
Kelas               : Dicotyledonae
Sub-kelas         : Sympetalae
Ordo                : Cucurbitales
Famili              : Cucurbitaceae
Genus              : Citrullus Spesies : Citrullus lanatus (Thunberg) Matsum & Nakai


1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dapat diidentifikasikan masalah sebagai berikut :
1.      Bagaimana syarat-syarat agar semangka dapat tumbuh?
2.      Bagaimana teknik-teknik dalam pembudidayaan semangka?
3.      Bagaimana cara pemanenan semangka agar menghasilkan hasil yang baik?

1.3 Rumusan Masalah
Dari identifikasi masalah di atas, dirumuskan suatu masalah yang akan di bahas dalam karya ilmiah ini yaitu :
Bagaimana cara melakukan pembudidayaan semangka yang baik dan benar dari awal pembibitan hingga masa panen.

1.4 Tujuan Penulisan
Penulisan karya ilmiah ini bertujuan untuk menerangkan tentang teknik pembudidayaan semangka yang baik, dan bertujuan pula untuk memberikan informasi yang baik kepada masyarakat tentang cara pembudidayaan semangka.


Bab II
Pembahasan

2.1 Penentuan Lokasi / Syarat Tumbuh
Iklim   : Tanaman semangka merupakan salah satu tanaman hortikultura yang tahan kering. Curah hujan yang ideal untuk areal penanaman semangka adalah 40-50 mm/bulan. Curah hujan yang terlalu tinggi dapat berakibat buruk terhadap pertumbuhan tanaman, yaitu mudah terserang hama penyakit, bakal buah gugur dan pertumbuhan vegetatif panjang. Semangka memerlukan sinar matahari penuh. Kekurangan sinar matahari menyebabkan sulit berbunga dan bunganya banyak rontok, serta terjadi kemunduran waktu panen. Suhu optimal yang dikehendaki tanaman berkisar 20–30oC. Kelembaban yang terlalu tinggi akan mendorong tumbuhnya jamur perusak tanaman.
Tanah : Kondisi tanah yang cocok untuk tanaman semangka adalah tanah yang cukup gembur, sedikit berpasir, kaya bahan organik, bukan tanah asam. Keasaman tanah (pH) yang diperlukan antara 6,5-7,2. Jika pH < 5,5 (tanah asam) maka perlu pengapuran dengan dosis disesuaikan dengan tingkat keasaman tanah tersebut. Jenis tanah yang cocok untuk tanaman semangka adalah regosol, andosol, latosol dan podsolik.
Ketinggian Tempat   : Ketinggian tempat yang baik untuk areal penanaman semangka adalah: 0-400 m dpl. Pada ketinggian 400-900 m dpl, pertumbuhan tanaman kurang baik. Pada ketinggian lebih dari 700 m dpl, tanaman menghasilkan buah bermutu rendah dan rasa kurang manis.

2.2 Pengolahan Tanah
Bila areal bekas kebun, perlu dibersihkan dari tanaman terdahulu yang masih tumbuh. Bila bekas persawahan, dikeringkan dulu beberapa hari sampai tanah itu mudah dicangkul, kemudian diteliti pH tanahnya. Lahan yang akan ditanami, dilakukan pembalikan tanah dan perataan tanah Tunggul bekas batang terdahulu dan bebatuan dibuang keluar dari areal. Pengolahan tanah dapat dilakukan hanya pada tempat yang akan ditanami selebar ± 1m. Untuk tanah yang tidak berpasir harus diolah sampai menjadi remah (gembur).

2.3 Pengolahan Lahan
Tahap penghalusan dan perataan bongkahan tanah pada sisi bedengan pada tempat penanaman semangka dilakukan dengan cangkul. Di bagian tengah, sebagai landasan buah pada bedengan, diratakan dan di atas lapisan ini diberi jerami kering untuk perambatan semangka dan peletakan buah. Bedengan perlu disiangi, disiram dan dilapisi jerami kering setebal 2-3 cm atau mulsa plastik dengan lebar plastik 110-150 cm agar menghambat penguapan air dan tumbuh liar. Pemakaian plastik lebih menguntungkan karena lebih tahan lama, sampai 8-12 bulan pada areal terbuka (2 – 3 kali periode penanaman). Plastik berwarna perak akan memantulkan sinar matahari sehingga mengurangi serangan hama yang bersembunyi di bawah daun tanaman.

2.4 Pembentukan Bedengan
Tanaman semangka membutuhkan bedengan supaya air yang terkandung di dalam tanah mudah mengalir keluar melalui saluran drainase yang dibuat. Lebar bedengan tergantung teknik budidaya yang digunakan. Untuk penanaman sistem turus, lebar bedengan adalah 100-110 m; sistem tanpa turus dengan 1 baris tanaman, lebar bedengan 200 cm; sistem tanpa turus dengan 2 baris tanaman, lebar bedengan 400 cm. Panjang bedengan maksimum 12-15 m, tinggi bedengan 30-50 cm, lebar parit 30-50 cm.


2.5 Pemberian Pupuk Dasar
Pengapuran dilakukan memberikan kapur kapur pertanian yang mengandung unsur Calsium (Ca) dan Magnesium (Mg) yang bersifat menetralkan keasaman tanah dan menetralkan racun dari ion logam yang terdapat di dalam tanah, seperti kapur karbonat atau kapur dolomit. Penggunaan kapur pada pH tanah 4-5 diperlukan 150-200 kg dolomit per 1000 m2, untuk pH 5-6 dibutuhkan 75-150 kg dolomit dan pH > 6 dibutuhkan dolomit sebanyak 50 kg. Pemberian pupuk kandang dilakukan setelah pengapuran atau sekitar dua minggu sebelum tanam. Kebutuhan pupuk kandang sekitar 12 ton/ha atau 1,5 kg/tanaman. Pemberiannya ditebar rata di atas bedengan atau ditanam dalam lubang. Pemberian pupuk dasar untuk semangka tanpa biji, kebutuhan pupuk per tanaman adalah 85 g ZA, 50 g urea, 30 g SP-36, 85 g KCl dan 2 g Borate. Sedangkan untuk semangka berbiji, kebutuhan pupuk per tanaman adalah 80 g ZA, 40 g urea, 30 g SP-36, 70 g KCl dan 2 g Borate. 4.2.5. Pemasangan turus Pemasangan turus dilakukan untuk penanaman semangka sistem turus. Pemasangan dilakukan setelah pemasangan mulsa tetapi sebelum penanaman. Pemasangan turus yang umum dilakukan petani ada dua model yaitu menyerupai huruf ‘A’ dan menyerupai huruf ‘X’. Bahan yang digunakan adalah kayu atau bambu. Pada model huruf ‘A’, tinggi turus 180 cm, ketinggian 80 cm dibuat para-para, jarak dua pasang turus yang berhadapan 60 cm. Pada model huruf ‘X’, tinggi turus 195 cm, 75 cm dari atas dan 20 cm dari persilangan dibuat para-para, jarak dua pasang turus yang berhadapan 60 cm.

2.6 Cara Pembenihan
Benih semangka yang baik adalah bentuk tidak keriput, tidak mengapung jika direndam. Ada dua jenis benih semangka yang biasa ditanam yaitu benih 5 semangka tidak berbiji (triploid) dan benih semangka berbiji. Benih semangka tidak berbiji umumnya mempunyai kulit biji yang sangat keras. Jika ingin menanam semangka tanpa biji maka harus juga menanam semangka berbiji di sebelahnya sebagai sumber polinator. Sebelum disemai, ujung benih semangka dipotong (untuk semangkan tanpa biji) terlebih dahulu menggunakan gunting kuku, untuk mempermudah proses pertumbuhan. Selanjutnya benih direndam dalam air hangat suhu 20-25oC yang telah ditambah fungisida dan bakterisida dengan konsentrasi 2 ml/l. Setelah direndam 10-30 menit, diangkat dan ditiriskan sampai air tidak mengalir lagi. Bibit siap dikecambahkan. Sebelum disemai, benih semangka diperam terlebih dahulu. Caranya adalah benih yang telah dikeringanginkan diletakkan di atas kain handuk, kemudian dilipat. Masukkan bungkusan tersebut ke dalam kaleng atau stoples yang dilapisi pasir dan kertas koran basah. Untuk memberikan suasana hangat, kaleng diberi penerangan lampu pijar 15 watt, pada jarak 5-10 cm di atas bungkusan. Pemeraman dilakukan selama 24-48 jam. Setiap 4-6 jam sekali perlu pengontrolan kelembaban. Jika kondisi kering, segera semprotkan air menggunakan hand sprayer kecil. Benih yang telah diperam, dimasukkan ke dalam polibag kecil (ukuran 12 x 12 cm) yang telah berisi media tanam yaitu campuran tanah dan pupuk kandang (1:1). Kedalaman lubang tanam 1,5 cm. Setalah ditanam, lubang ditutup dengan tanah halus yang dicampur abu sekam (2:1). Kemudian polibag-polibag tersebut ditutup karung goni selama 2-3 hari. Polibag-polibag diberi disungkup plastik transparan serupa rumah kaca mini dan salah satu sisi yang terbuka. Sungkup ini juga dilengkapi dengan naungan paranet. Bibit yang masih muda diberi sinar matahari pagi saja, maksimum hingga pukul 09.00. Tiga hari sebelum pindah tanam, sungkup harus dibuka total, sehingga bibit mendapatkan matahari penuh. Penyiraman dilakukan rutin untuk mempertahankan kelembaban. Pemupukan dilakukan dengan menggunakan 6 pupuk daun, untuk memacu perkembangan bibit, dicampur dengan fungisida, dilakukan rutin 3 hari sekali. Setelah bibit berumur 12-14 hari dan telah berdaun 2-3 helai, dipindahkan ke areal penanaman yang telah diolah.


2.7 Teknik Penanaman
Untuk penanaman sistem turus, jarak tanam yang digunakan adalah 80 x 70 cm dengan populasi 8.000 tanaman/ha. Untuk penanaman sistem tanpa turus, dengan 1 baris dan 2 baris tanaman, jarak dalam barisan 70 cm dengan populasi 3.500-4.000 tanaman/ha. Sambil menunggu bibit cukup besar dilakukan pelubangan pada lahan dengan kedalaman 8-10 cm. Persiapan pelubangan lahan tanaman dilakukan 1 minggu sebelum bibit dipindah. Jarak antar lubang disesuaikan dengan jarak tanam. Jika lahan menggunakan mulsa plastik, maka diperlukan alat bantu dari kaleng bekas cat ukuran 1 kg yang diberi lubang-lubang disesuaikan dengan kondisi tanah bedengan yang diberi lobang. Kaleng tersebut diberi arang yang kemudian dibakar. Setelah arang menjadi bara, alat siap diganakan. Penanaman bibit semangka dilakukan setelah bibit berumur 14 hari dan telah tumbuh daun 2-3 lembar. Setelah dilakukan pelubangan, areal penanaman disiram secara massal sampai air menggenangi areal sekitar ¾ tinggi bedengan, dan dibiarkan sampai air meresap. Sebelum bibit ditanam, dilakukan perendaman dalam air yang berisi larutan pupuk NPK 2 g/l, sebagai Starter Solution. Urutan penanaman adalah sebagai berikut: kantong plastik dilepas hati-hati supaya akar tidak rusak; bibit dimasukkan ke dalam lubang yangtelah disiapkan; lubang ditutup dengan tanah yang telah disiapkan; terakhir lubang disiram air agar media bibit menyatu dengan tanah.

2.8 Pemeliharaan Tanaman
Semangka yang berumur 3-5 hari perlu diperhatikan. Apabila tanaman tumbuh terlalu lambat atau tanaman mati dilakukan penyulaman dengan bibit baru yang telah disiapkan. Penyulaman tidak boleh dilakukan lebih dari 10 hari setelah tanam. Pada kegiatan penyulaman, perlu diperhatikan penyebab kematian bibit. Bila disebabkan oleh bakteri atau jamur, bibit harus dibongkar bersama tanahnya, agar tidak menular ke bibit lain yang sehat. Adanya gulma di sekeliling tanaman dapat menghambat pertumbuhan tanaman, bahkan mengurangi produksi. Gulma juga dapat dijadikan inang bagi hama dan penyakit. Penyiangan dilakukan dengan mencabut atau membuang gulma yang tumbuh di bedengan atau parit. Bila menggunakan sistem mulsa 9 plastik hitam perak (MPHP), penyiangan hanya dilakukan di tepi-tepi parit karena praktis gulma tidak dapat tumbuh di dalam bedengan. Penyiangan ini dilakukan rutin. Pembubunan tanah dilakukan dengan menimbun kembali tanah yang tererosi karena penyiraman, agar akar-akar tidak muncul ke permukaan tanah. Pembumbunan hanya dilakukan untuk penanaman sistem tanpa mulsa. Semangka memerlukan air secara terus menerus dan tidak kekurangan air. Sistim irigasi yang digunakan sistem Farrow Irrigation: air dialirkan melalui saluran diantara bedengan Frekuensi pemberian air pada musim kemarau adalah 4-6 hari. Penyiraman juga bisa dilakukan dengan pompa air, dengan bantuan selang plastik.

2.9 Teknik Lainnya
- Pemangkasan                      : Pemangkasan tajuk tanaman bertujuan mengatur pertumbuhan tajuk. Pemangkasan dilakukan dengan cara mengurangi tumbuhnya cabang utama atau cabang sekunder sehingga hanya dipelihara sebanyak dua cabang utama saja. Pemangkasan dapat dilakukan sejak tanaman masih berumur 7-10 hari setelah 10 tanam. Biasanya pada umur ini tanaman baru memiliki 4-5 helai daun. Hal ini dilakukan untuk mempercepat tumbuhnya cabang. Cabang-cabang yang tumbuh dibiarkan sampai berumur 3 minggu. Pada usia 3 minggu, dipilih lagi dua cabang utama yang pertumbuhannya baik. Pada umur 6 minggu, cabang sekunder dipangkas. Cabang sekunder yang dipangkas adalah cabang sekunder di bawah ruas ke-14 dan disisakan masing-masing hanya dua daun. Alat pangkas yang digunakan harus dalam keadaan steril. Sebelum dan sesudah pemangkasan, alat direndam fungisida dengan konsentrasi 2 ml.
- Pengikatan Cabang            : Pengikatan cabang mutlak dilakukan pada penanaman sistem turus, agar tanaman dapat tumbuh merambat pada turus-turus yang telah disediakan. Pengikatan dimulai ketika tanaman berumur 3 minggu. Bahan pengikat dapat berupa tali rafia atau tali dari pelepah pisang batu. Model pengikatannya menyerupai ‘angka 8’.
- Penyerbukan Buatan         : Penyerbukan buatan hanya dilakukan kalau semangka yang ditanam sebagian besar merupakan jenis tidak berbiji. Penyerbukan buatan dilakukan pada pagi hari yaitu pukul 06.00-10.00, saat bunga betina dalam kondisi mekar. Umur tanaman yang dapat dilakukan penyerbukan buatan sekitar 21-28 hari setelah tanam. Untuk penanaman sistem turus, penyerbukan hanya dilakukan pada bunga betina yang berada pada ruas ke-13 dan ke 20, hal ini disebabkan bunga pada ruas-ruas tersebut yang kelak menjadi buah dapat pas dengan para-paranya. Sedangkan penanaman tanpa turus tidak ada ketentuan tersebut. Cara penyerbukan buatan ini diawali dengan pengambilan dan pengumpulan bunga jantan dari semangka berbiji. Selanjutnya, dipilih bunga betina yangakan diserbuki, yaitu bentuknya sempurna dan tidak cacat. Setelah dipilih, oleskan bunga jantan pada putik bunga betina. Bunga yang sudah diserbuki ditandai dengan tali rafia yang diikat longgar.

2.10 Pengendalian Hama
Penyemprotan campuran obat (fungisida, insektisida dan pupuk daun) dilakukan rutin setiap minggu, untuk tindakan pencegahan. Jika terdapat serangan hama atau penyakit, maka waktu penyemprotan ditingkatkan menjadi 3 hari sekali dengan bahan yang sesuai dengan hama atau penyakit tersebut. Hama dan penyakit yang biasa menyerang tanaman semangka adalah:
-          Hama :
  1. Thrips (Thrips parvispinus Karny)
Penyebab: hama berukuran kecil ramping, warna kuning pucat kehitaman, mempunyai sungut badan beruas-ruas. Hama ini juga sebagai vektor virus. Cara penularan, hama mengembara di malam hari, menetap dan berkembang biak. Gejala serangan: daun-daun muda atau tunas-tunas baru menjadi keriting. Tanaman keriting dan kerdil (yang kemungkinan disebabkan virus) serta tidak dapat membentuk buah secara normal. Pengendalian: menyemprotkan larutan insektisida sampai tanaman basah dan merata.
2.      Ulat perusak daun (Spodoptera litura)
Ulat ini berwarna hijau dengan garis hitam/berwarna hijau bergaris kuning, tanda serangan daun dimakan sampai tinggal lapisan lilinnya dan terlihat dari jauh seperti berlubang. Pengendalian: dilakukan secara non kimiawi dan kimiawi.
3.      Tungau Tungau merah merah: Tetranychus cinnabarinus Boisduval atau tunga kuning: Polyphagotarsonemus latus
Ciri-cirinya adalah binatang kecil berwarna merah agak kekuningan/kehijauan mengisap cairan tanaman, membelah diri dengan menggigit dan menyengat. Hama ini juga sebagai vektor virus. Gejala serangan: tampak jaring-jaring sarang binatang ini di bawah permukaan daun, warna dedaunan akan pucat. Pengendalian: dilakukan dengan menyemprotkan akarisida.
4.      Ulat tanah (Agrotis ipsilon Hufn.)
Hama ini mempunyai ciri yaitu berwarna hitam berbintik-bintik/bergaris-garis, panjang tubuh 2-5 cm, aktif merusak dan bergerak pada malam hari. Menyerang daun, terutama tunas-tunas muda, ulat dewasa memangsa pangkal tanaman. Pengendalian: (1) penanaman secara serempak pada daerah yang berdekatan untuk memutus siklus hidup hama dan pemberantasan sarang ngengat disekitarnya; (2) pengendalian secara kimiawi, dengan insektisida sesuai dengan aturan penanaman buah semangka.
5.      Kutu aphids (Aphids gossypii Glover)
Aphids muda berwarna kuning, sedangkan aphids dewasa mempunyai sayap dan berwarna agak kehitaman. Kutu ini juga sebagai vektor virus. Gejala serangan adalah daun tanaman menggulung dan pucuk tanaman menjadi keriting akibat cairan daunnya dihisap hama. Ciri lainnya adalah adanya getah cairan yang mengandung madu dan mengkilap dari kejauhan. Pengendaliannya adalah dengan menyemprotkan insektisida secara rutin. Tanaman yang telah terserang virus, dicabut dan dibakar.

-          Penyakit :
  1. Layu Fusarium
Penyebab: Fusarium oxysporum. Gejala: tanaman tampak layu seperti kekurangan air. Pada pagi dan sore hari tanaman tampak segar. Bila tidak ditanggulangi, dalam waktu 2-3 hari saja tanaman akan mati kering, berwarna coklat dan batangnya mengerut. Pengendalian: (1) secara non kimiawi dengan pergiliran masa tanam dan menjaga kondisi lingkungan agar tidak terlalu lembab, menanam pada areal baru yang belum pernah ditanami semangka; (2) secara kimiawi dilakukan dengan menyemprotkan fungisida secara periodik, menanam benih yang sudah direndam fungisida.
2.      Bercak daun
Penyebab: spora Pseudoperenospora cubensis Rostowzew terbawa angin dari tanaman lain yang terserang. Gejala: permukaan daun terdapat bercak-bercak kuning dan selanjutnya menjadi coklat akhirnya mengering dan mati, atau terdapat rumbai-rumbai halus berwarna abu-abu/ungu. Pengendalian: (1) secara non kimiawi seperti pada penyakit layu fusarium; (2) tanaman disemprot dengan fungisida.
3.      Antraknosa
Penyebab: Colletotrichum lagenarium. Gejala: daun terlihat bercak-bercak coklat yang akhirnya berubah warna kemerahan dan akhirnya daun mati. Bila menyerang buah, tampak bulatan berwarna merah jambu yang lama kelamaan semakin meluas. Pengendalian: (1) dilakukan secara non kimia seperti pengendalian penyakit layu fusarium; (2) menggunakan fungisida.
4.      Busuk semai
Penyebab: cendawan Pythium ultimum Trow. Menyerang pada benih yang sedang disemaikan. Gejala: batang bibit berwarna coklat, rebah kemudian mati. Pengendalian: benih direndam di dalam fungisida, penyemprotan fungisida secara periodik.
5.      Busuk buah
Penyebab: Phytophthora capsici Leonian. Jamur menginfeksi buah menjelang masak dan aktif setelah buah dipetik. Pengendalian: hindari dan cegah terjadinya kerusakan kulit buah, baik selama pengangkutan maupun penyimpanan, pemetikan buah dilakukan pada waktu siang hari ketika tidak berawan/hujan. Tanaman dan buah disemprot fungisida secara periodik.

2.11 Cara Pemanenan
Menentukan saat panen dapat melalui tiga cara yaitu pengamatan visual, pengamatan dari suara saat buah diketuk, dan umur tanaman. Pada dataran tinggi buah semangka dapat dipanen pada umur 90-100 hari setelah tanam. Sementara di dataran rendah buah dapat dipanen pada umur 85 hari setelah tanam. Cara panen buah semangka adalah dengan memotong tangkai buah. Setelah dipotong, buah dapat diangkat dan diletakkan langsung ke dalam keranjang. Pemetikan buah sebaiknya dilakukan pada saat cuaca cerah dan tidak berawan sehingga permukaan kulit buah dalam kondisi kering, agar tahan selama dalam penyimpananan. Penyimpanan buah semangka di tingkat pedagang besar (sambil menunggu harga lebih baik) dilakukan sebagai berikut: Penyimpanan pada suhu rendah sekitar 4oC, dan kelembaban udara antara 80-85%; Penyimpanan pada atmosfir terkontrol (merupakan cara pengaturan kadar O2 dan kadar CO2) dengan asumsi oksigen atau menaikan kadar karbon dioksida (CO2), dapat mengurangi proses respirasi; Penyimpanan dalam ruang tanpa pengatur suhu: merupakan penyimpanan jangka pendek dengan cara memberi alas dari jerami kering setebal 10-15 cm dengan disusun sebanyak 4-5 lapis dan setiap lapisnya diberi jerami kering. Untuk mempertahankan mutu buah agar kondisi selalu baik sampai pada tujuan akhir, dilakukan pengemasan dengan proses pengepakan yang benar dan hati-hati. Kemasan dapat berupa kardus yang dilubangi, peti kayu atau keranjang plastik. Setiap kemasan dapat diisi maksimum hanya enam buah. Untuk memperkecil gesekan pada kulit buah, bagian dasar, ruang antar buah, tepi kiri-kanan dan atas kemasan diberi jerami kering atau potongan kertas.




Bab III
Penutup
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian-uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa pembudidayaan semangka yang baik dan benar bisa dibilang cukup mudah bagi para petani yang ingin mencoba membudidayakan semangka. Dan permintaan buah semangka dipasaran cukuplah tinggi. Oleh karena itu, diharapkan lebih banyak lagi petani-petani indonesia yang mencoba komoditi ini. Hal ini tentu bisa menambah jumlah produksi dalam pasar, terutama untuk komoditi ekspor.

SHARE :
CB Blogger

1 komentar:

Unknown 20/4/16 08:34

PUSAT SARANA BIOTEKNOLOGI AGRO

menyediakan M36 (Mikro Mineral) untuk keperluan penelitian, laboratorium, mandiri, perusahaan .. hub 081805185805 / 0341-343111 atau kunjungi kami di https://www.tokopedia.com/indobiotech temukan juga berbagai kebutuhan anda lainnya seputar bioteknologi agro

Posting Komentar

Nugroho Pangestu . Diberdayakan oleh Blogger.
 
Copyright © 2013-2017 Nugroho Pangestu. All Rights Reserved. Powered by Blogger
Template by Creating Website | CB Blogger | Nugroho Pangestu