Kalimat
"Laa ilaaha illallah" tidaklah diterima dari orang yang mengucapkannya
kecuali ia menunaikan haknya dan kewajibannya serta memenuhi
syarat-syarat yang dijelaskan dalam Al Qur'an dan As Sunnah. Yaitu 7
syarat yang penting untuk diketahui oleh setiap Muslim.
Ketahuilah wahai saudaraku, semoga Allah memberi anda petunjuk kepada
ketaatan dan taufiq untuk mencintai Allah, bahwa kalimat yang paling
agung dan paling bermanfaat adalah kalimat tauhid “Laa ilaaha illallah”.
Ia adalah sebuah ikatan yang kuat dan ia juga merupakan kalimat taqwa.
Ia juga merupakan rukun agama dan cabang keimanan yang paling utama. Ia
juga merupakan jalan kesuksesan meraih surga dan keselamatan dari api
neraka. Karena kalimat inilah, Allah menciptakan para makhluk dan
menurunkan Al Kitab serta mengutus para Rasul. Ia juga merupakan kalimat
syahadat dan kunci dari pintu kebahagiaan. Ia juga merupakan landasan
dan pondasi agama dan pokok semua urusan.
{ شَهِدَ اللَّهُ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ
وَالْمَلَائِكَةُ وَأُولُو الْعِلْمِ قَائِمًا بِالْقِسْطِ لَا إِلَهَ
إِلَّا هُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ } [آل عمران:18]
“Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), Yang menegakkan keadilan. Para Malaikat
dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu). Tak
ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), Yang Maha Perkasa lagi
Maha Bijaksana” (QS. Al Imran: 18)
Dan nash-nash yang menerangkan mengenai keutamaan, keagungan dan urgensinya sangatlah banyak dalam Al Qur’an dan As Sunnah.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah mengatakan:
وفضائل هذه الكلمة وحقائقها وموقعها من الدين فوق ما يصفه الواصفون ويعرفه العارفون وهي رأس الأمر كله
“keutaman-keutamaan kalimat ini, hak-haknya, kedudukannya dalam agama
itu melebihi dari apa yang bisa disifati oleh orang-orang dan melebihi
yang diketahui oleh orang-orang, dan ia merupakan pangkal dari semua
urusan”
Ketahuilah saudaraku, semoga Allah memberi anda taufiq dalam
ketaatan, bahwa kalimat “Laa ilaaha illallah” tidaklah diterima dari
orang yang mengucapkannya kecuali ia menunaikan haknya dan kewajibannya
serta memenuhi syarat-syarat yang dijelaskan dalam Al Qur’an dan As
Sunnah. Yaitu 7 syarat yang penting untuk diketahui oleh setiap Muslim
dan penting untuk mengamalkannya. Betapa banyak orang awam yang jika
mereka berkumpul lalu ditanya mengenai syarat-syarat ini, mereka tidak
mengetahuinya.
Dan betapa banyak juga orang yang sudah menghafal
syarat-syarat ini, namun ia lepaskan seperti lepasnya anak panah, ia
terjerumus dalam hal-hal yang bertentangan dengan syarat-syarat
tersebut. Maka yang diharapkan adalah ilmu dan amal secara bersamaan,
agar seseorang menjadi pengucap “Laa ilaaha illallah” yang sejati dan
jujur dalam mengucapkannya. Dan menjadi seorang ahli tauhid yang sejati
pula. Dan sungguh taufiq itu hanya di tangan Allah semata.
Dan salafus shalih terdahulu telah mengisyaratkan pentingnya
syarat-syarat “Laa ilaaha illallah” dan wajibnya berpegang teguh
padanya. Di antara perkataan mereka:
- Riwayat dari Al Hasan Al Bashri rahimahullah, ketika ia ditanya: “orang-orang mengatakan bahwa barangsiapa yang mengucapkan Laa ilaaha illallah pasti akan masuk surga”. Al Hasan berkata:
من قال « لا إله إلا الله » فأدَّى حقها وفرضها دخل الجنة“barangsiapa yang mengucapkan Laa ilaaha illallah, lalu menunaikan hak dan kewajibannya (konsekuensinya), pasti akan masuk surga“
- Al Hasan pernah berkata kepada Al Farazdaq, ketika ia menguburkan istrinya:
ما أعددتَ لهذا اليوم ؟ قال : شهادة أن لا إله إلا الله منذ سبعين سنة، فقال الحسن : “نعم العدة لكن لـِ « لا إله إلا الله » شروطاً ؛ فإياك وقذف المحصنات“apa yang engkau persiapkan untuk hari ini (hari kematianmu kelak)? Al Farazdaq berkata: syahadat Laa ilaaha illallah sejak 70 tahun yang lalu. Lalu Al Hasan berkata: iya benar, itulah bekal. Namun Laa ilaaha illallah memiliki syarat-syarat. Maka hendaknya engkau jauhi perbuatan menuduh zina wanita yang baik-baik“
- Wahab bin Munabbih ditanya, “bukanlah kunci surga itu adalah Laa ilaaha illallah?”, ia menjawab:
بلى ؛ ولكن ما من مفتاح إلا له أسنان ، فإن أتيت بمفتاح له أسنان فُتح لك ، وإلا لم يُفتح لك ” ، يشير بالأسنان إلى شروط «لا إله إلا الله» الواجب التزامها على كل مكلف“iya benar, namun setiap kunci itu pasti ada giginya. Jika engkau datang membawa kunci yang memiliki gigi, maka akan terbuka. Namun jika tidak ada giginya, maka tidak akan terbuka“.
Beliau mengisyaratkan gigi dari kunci untuk memaksudkan syarat-syarat Laa ilaaha illallah yang wajib dipegang teguh oleh setiap mukallaf.
Dan syarat-syarat Laa ilaaha illallah ada 7 seperti sudah disebutkan, yaitu
- Al Ilmu (mengilmui), dalam menafikan dan menetapkan. Kebalikannya adalah Al Jahl (kebodohan).
- Al Yaqin (meyakini), kebalikannya adalah Asy Syak dan Ar Rayb (keraguan).
- Al Ikhlash (ikhlas), kebalikannya adalah Asy Syirku (syirik) dan Ar Riya’ (riya).
- Ash Shidqu (membenarkan), kebalikannya adalah Al Kadzabu (mendustakan).
- Al Mahabbah (mencintai), kebalikannya adalah Al Karhu (membenci).
- Al Inqiyadu (menaati), kebalikannya adalah At Tarku (tidak taat).
- Al Qabulu (menerima), kebalikannya adalah Ar Raddu (menolak).
sebagian ulama menggabungkan syarat-syarat ini dalam 1 baris bait :
علمٌ يقينٌ وإخلاص وصدقك مع محبة وانقياد والقبول لها
“ilmu, yakin, ikhlas, jujurmu disertai dengan cinta, patuh dan menerima”
dan sebagian ulama yang lain juga membuat bait
وبشروطٍ سبعة قد قُيِّدت وفي نصوص الوحي حقاً وَرَدَت
فإنه لم ينتفـع قائلـها بالنطق إلا حيث يستكمِلــها
العلـم واليقين والقبــولُ والانقيــاد فادرِ ما أقولُ
والصدق والإخلاص والمحبـة وفَّقـك الله لما أحبـــه
dengan
tujuh syarat yang telah dibuat, yang diambil dengan benar dari
nash-nash wahyu maka tidaklah bermanfaat orang yang mengatakannya (Laa
ilaaha illallah) dengan lisan, kecuali menyempurnakannya ilmu, yakin,
menerima, patuh, pahamilah apa yang saya katakan ini jujur, ikhlas,
cinta, semoga Allah memberimu taufiq pada apa-apa yang Ia cintai.
Kemudian, kami akan jelaskan kepada anda penjelasan dari
masing-masing syarat tersebut dengan menyebutkan dalil dari Al Qur’an
dan As Sunnah :
1. Al Ilmu (ilmu)
Al ilmu di sini makna yang dimaksudkan adalah ilmu dalam
menafikan dan menetapkan. Hal ini karena anda menafikan semua jenis
ibadah kepada seleuruh sesembahan selain Allah, dan menetapkan semua
ibadah hanya kepada Allah semata. Sebagaimana dalam firman Allah Ta’ala :
{إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ } [الفاتحة:5]
“hanya kepada-Mu lah kami beribadah dan hanya kepada-Mu lah kami memohon pertolongan” (QS. Al Fatihah: 5)
Maksudnya, kami menyembah-Mu semata yaa Allah, dan tidak menyembah
selain-Mu, kami meminta pertolongan kepada-Mu yaa Allah dan tidak
meminta pertolongan kepada selain-Mu. Maka orang yang mengucapkan “Laa
ilaaha illallah” wajib mengilmui makna dari “Laa ilaaha illallah” itu
sendiri. Allah Ta’ala berfirman:
{فَاعْلَمْ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَاسْتَغْفِرْ لِذَنْبِكَ } [محمد:19]
“Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada sesembahan yang hak selain Allah” (QS. Muhammad: 19)
Ia juga berfirman:
{إِلَّا مَنْ شَهِدَ بِالْحَقِّ وَهُمْ يَعْلَمُونَ} [الزخرف:86]
“kecuali mereka mengetahui yang hak (tauhid) dan mereka meyakini(nya)” (QS. Az Zukhruf: 86)
Para ahli tafsir menjelaskan, maksud dari “illa man syahida”
adalah ‘kecuali mereka yang mengetahui’ apa yang mereka syahadatkan
tersebut oleh lisan dan hari mereka”. Dari Utsman bin ‘Affan radhiallahu’anhu beliau berkata, bahwa Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
مَنْ مَاتَ وَهُوَ يَعْلَمُ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ دَخَلَ الْجَنَّةَ
“barangsiapa yang mati dan ia mengetahui bahwa tiada sesembahan yang berhak disembah selain Allah, akan masuk surga”
2. Al Yaqin (meyakini)
Al Yaqin menafikan syakk dan rayb (keraguan).
Maknanya, seeorang meyakini secara tegas kalimat “Laa ilaaha illallah”,
tanpa ada keraguan dan kebimbangan. Sebagaimana Allah mensifati orang
Mukmin:
{إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ آمَنُوا بِاللَّهِ
وَرَسُولِهِ ثُمَّ لَمْ يَرْتَابُوا وَجَاهَدُوا بِأَمْوَالِهِمْ
وَأَنْفُسِهِمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ أُولَئِكَ هُمُ الصَّادِقُونَ }
[الحجرات:15]
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang
yang percaya (beriman) kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak
ragu-ragu dan mereka berjuang (berjihad) dengan harta dan jiwa mereka
pada jalan Allah. Mereka itulah orang-orang yang benar” (QS. Al Hujurat: 15)
Makna dari lam yartaabuu di sini adalah yakin dan tidak ragu.
Dan dalam Shahih Muslim, dari Abu Hurairah radhiallahu’anhu ia berkata, Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ، وَأَنِّي رَسُولُ
اللهِ، لَا يَلْقَى اللهَ بِهِمَا عَبْدٌ غَيْرَ شَاكٍّ فِيهِمَا إِلَّا
دَخَلَ الْجَنَّةَ
“syahadat bahwa tiada sesembahan yang berhak disembah selain
Allah dan bahwasanya aku adalah utusan Allah, seorang hamba yang tidak
meragukannya dan membawa keduanya ketika bertemu dengan Allah, akan
masuk surga”
Dan dalam Shahih Muslim, juga dari Abu Hurairah radhiallahu’anhu ia berkata, Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
مَنْ لَقِيتَ مِنْ وَرَاءِ هَذَا الْحَائِطِ يَشْهَدُ أَنْ
لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ مُسْتَيْقِنًا بِهَا قَلْبُهُ فَبَشِّرْهُ
بِالْجَنَّةِ
“barangsiapa yang engkau temui di balik penghalang ini, yang
bersyahadat laa ilaaha illallah, dan hatinya yakin terhadap hal itu,
maka berilah kabar gembiranya baginya berupa surga”
3. Al Ikhlas (ikhlas)
Al Ikhlas menafikan syirik dan riya’. Yaitu dengan membersihkan amal
dari semua cabang kesyirikan yang zhahir maupun yang samar, dengan
mengikhlaskan niat untuk Allah semata dalam seluruh ibadah. Allah Ta’ala berfirman:
{أَلَا لِلَّهِ الدِّينُ الْخَالِصُ} [الزمر:3]
“Ingatlah, hanya kepunyaan Allah-lah agama yang ikhlas (bersih dari syirik)” (QS. Az Zumar: 3)
Ia juga berfirman:
{وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ} [البينة:5]
“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah
dengan mengikhlaskan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang
lurus” (QS. Al Bayyinah: 5)
Dan dalam Shahih Al Bukhari, dari Abu Hurairah radhiallahu’anhu dari Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam:
أَسْعَدُ النَّاسِ بِشَفَاعَتِي يَوْمَ القِيَامَةِ، مَنْ قَالَ لاَ إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، خَالِصًا مِنْ قَلْبِهِ
أَسْعَدُ النَّاسِ بِشَفَاعَتِي يَوْمَ القِيَامَةِ، مَنْ قَالَ لاَ إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، خَالِصًا مِنْ قَلْبِهِ
“Orang yang paling bahagia dengan syafa’atku di hari kiamat kelak
adalah orang yang mengatakan laa ilaaha illallah dengan ikhlas dari
hatinya”
4. Ash Shidqu (jujur)
Ash Shidqu menafikan al kadzab (dusta). Yaitu dengan mengucapkan kalimat “Laa ilaaha illallah” secara jujur dari hatinya sesuai dengan ucapan lisannya. Allah Ta’ala berfirman ketika mencela orang munafik:
{ إِذَا جَاءَكَ الْمُنَافِقُونَ قَالُوا نَشْهَدُ إِنَّكَ
لَرَسُولُ اللَّهِ وَاللَّهُ يَعْلَمُ إِنَّكَ لَرَسُولُهُ وَاللَّهُ
يَشْهَدُ إِنَّ الْمُنَافِقِينَ لَكَاذِبُونَ } [المنافقون:1]
“Apabila orang-orang munafik datang kepadamu, mereka berkata:
“Kami mengakui, bahwa sesungguhnya kamu benar-benar Rasul Allah”. Dan
Allah mengetahui bahwa sesungguhnya kamu benar-benar Rasul-Nya; dan
Allah mengetahui bahwa sesungguhnya orang-orang munafik itu benar-benar
orang pendusta” (QS. Al Munafiqun: 1).
Karena orang-orang munafik mengucapkan kalimat “Laa ilaaha illallah” namun tidak secara jujur. Allah Ta’ala berfirman:
{ الم (1) أَحَسِبَ النَّاسُ أَنْ يُتْرَكُوا أَنْ
يَقُولُوا آمَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُونَ (2) وَلَقَدْ فَتَنَّا الَّذِينَ
مِنْ قَبْلِهِمْ فَلَيَعْلَمَنَّ اللَّهُ الَّذِينَ صَدَقُوا
وَلَيَعْلَمَنَّ الْكَاذِبِينَ } [العنكبوت:1-3]
“Alif laam miim. Apakah manusia itu mengira bahwa mereka
dibiarkan (saja) mengatakan: “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak
diuji lagi? Dan sesungguhnya kami telah menguji orang-orang yang sebelum
mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan
sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta” (QS. Al Ankabut: 1-3).
Dan dalam Shahihain, dari Mu’adz bin Jabal radhiallahu’anhu, dari Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam:
مَا مِنْ أَحَدٍ يَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ
وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ، صِدْقًا مِنْ قَلْبِهِ، إِلَّا
حَرَّمَهُ اللَّهُ عَلَى النَّارِ
“tidak ada seorang pun yang bersyahadat bahwa tiada sesembahan
yang hak selain Allah dan bahwasanya Muhammad adalah utusan Allah,
dengan jujur dari hatinya, kecuali ia pasti diharamkan oleh Allah untuk
masuk neraka”
5. Al Mahabbah (cinta)
Al Mahabbah (cinta) menafikan al bughdhu (benci) dan al karhu (marah).
Yaitu orang yang mengucapkan kalimat “Laa ilaaha illallah” wajib
mencintai Allah, Rasul-Nya, agama Islam dan mencintai kaum Muslimin yang
menegakkan perintah-perintah Allah dan menjaga batasan-batasannya. Dan
membenci orang-orang yang bertentangan dengan kalimat “Laa ilaaha
illallah” dan mengerjakan lawan dari kalimat “Laa ilaaha illallah” yaitu
berupa kesyirikan atau kekufuran atau mereka mengerjakan hal yang
mengurangi kesempurnaan “Laa ilaaha illallah” karena mengerjakan
kesyirikan serta kebid’ahan.
Ini dalam rangka mengamalkan sabda Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam:
أوثق عرى الإيمان الحب في الله والبغض في الله
“ikatan iman yang paling kuat adalah cinta karena Allah dan benci karena Allah”
Dan yang juga menunjukkan disyaratkannya mahabbah dalam keimanan adalah firman Allah Ta’ala:
{وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَتَّخِذُ مِنْ دُونِ اللَّهِ
أَنْدَادًا يُحِبُّونَهُمْ كَحُبِّ اللَّهِ وَالَّذِينَ آمَنُوا أَشَدُّ
حُبًّا لِلَّهِ} [البقرة:165]
“Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah
tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka
mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya
kepada Allah” (QS. Al Baqarah: 165).
Dan dalam Shahihain, dari Anas bin Malik radhiallahu’anhu ia berkata: Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
ثَلَاثٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ وَجَدَ حَلَاوَةَ الْإِيمَانِ :
أَنْ يَكُونَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا ،
وَأَنْ يُحِبَّ الْمَرْءَ لَا يُحِبُّهُ إِلَّا لِلَّهِ ، وَأَنْ يَكْرَهَ
أَنْ يَعُودَ فِي الْكُفْرِ كَمَا يَكْرَهُ أَنْ يُقْذَفَ فِي النَّارِ
“Ada 3 hal yang jika ada pada diri seseorang ia akan merasakan
manisnya iman: (1) Allah dan Rasul-Nya lebih ia cintai dari selainnya,
(2) ia mencintai seseorang karena Allah, (3) ia benci untuk kembali pada
kekufuran sebagaimana ia benci untuk dilemparkan ke dalam neraka”
6. Al Inqiyad (patuh)
Al Inqiyad (patuh) menafikan at tarku (ketidak-patuhan).
Orang yang mengucapkan kalimat “Laa ilaaha illallah” wajib untuk patuh
terhadap syariat Allah dan taat pada hukum Allah serta pasrah kepada
aturan Allah. Allah Ta’ala berfirman:
{وَأَنِيبُوا إِلَى رَبِّكُمْ وَأَسْلِمُوا لَهُ } [الزمر:54]
“Dan kembalilah kamu kepada Tuhanmu, dan berserah dirilah
kepada-Nya sebelum datang azab kepadamu kemudian kamu tidak dapat
ditolong (lagi)” (QS. Az Zumar: 54)
Dan Ia juga berfirman:
{وَمَنْ أَحْسَنُ دِينًا مِمَّنْ أَسْلَمَ وَجْهَهُ لِلَّهِ وَهُوَ مُحْسِنٌ} [النساء:125]
“Dan siapakah yang lebih baik agamanya dari pada orang yang
ikhlas menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang diapun mengerjakan
kebaikan, dan ia mengikuti agama Ibrahim yang lurus? Dan Allah mengambil
Ibrahim menjadi kesayangan-Nya” (QS. An Nisaa’: 125)
dan makna dari aslimuu dan aslama dalam dua ayat di atas dalah patuh dan taat.
7. Al Qabul (menerima)
Al Qabul (menerima) menafikan ar radd (penolakan).
Seorang hamba wajib menerima kalimat “Laa ilaaha illallah” dengan
sebenar-benarnya dengan hati dan lisannya. Allah Ta’ala telah
mengisahkan kepada kita dalam Al Qur’an Al Karim kisah-kisah orang
terdahulu yang telah Allah beri keselamatan kepada mereka karena mereka
menerima kalimat “Laa ilaaha illallah”, dan orang-orang yang dihancurkan
serta dibinasakan karena menolak kalimat tersebut. Allah Ta’ala
berfirman:
{ثُمَّ نُنَجِّي رُسُلَنَا وَالَّذِينَ آمَنُوا كَذَلِكَ حَقًّا عَلَيْنَا نُنْجِ الْمُؤْمِنِينَ} [يونس:103]
“Kemudian Kami selamatkan rasul-rasul Kami dan orang-orang yang
beriman, demikianlah menjadi kewajiban atas Kami menyelamatkan
orang-orang yang beriman” (QS. Yunus: 103).
Ia juga berfirman:
إِنَّهُمْ كَانُوا إِذَا قِيلَ لَهُمْ لَا إِلَهَ إِلَّا
اللَّهُ يَسْتَكْبِرُونَ (35) وَيَقُولُونَ أَئِنَّا لَتَارِكُو آلِهَتِنَا
لِشَاعِرٍ مَجْنُونٍ} [الصافات:35-36] .
“Sesungguhnya mereka dahulu apabila dikatakan kepada mereka: “Laa
ilaaha illallah” (Tiada Tuhan yang berhak disembah melainkan Allah)
mereka menyombongkan diri, dan mereka berkata: “Apakah sesungguhnya kami
harus meninggalkan sembahan-sembahan kami karena seorang penyair gila?”” (QS. Ash Shaafaat: 35-36)
Demikian. Hanya kepada Allah lah kita semua memohon taufiq agar dapat
menegakkan kalimat “Laa ilaaha illallah” sebenar-benarnya baik dalam
perkataan, perbuatan dan keyakinan. Sungguh Allah lah semata yang
memberi taufiq dan petunjuk kepada jalan yang lurus.
وصلى الله وسلم وبارك وأنعم على عبد الله ورسوله نبينا محمد وعلى آله وصحبه أجمعين
—
Sumber: http://al-badr.net/muqolat/2575 / muslim.or.id
Penerjemah: Yulian Purnama
Penerjemah: Yulian Purnama
Posting Komentar