Home » , , » Cara Meredakan Amarah Dalam Islam

Cara Meredakan Amarah Dalam Islam

Posted by Nugroho Pangestu on Minggu, 24 Januari 2016

MARAH DAN PENGARUH NEGATIFNYA

Saat seorang marah, maka tubuhnya akan bergejolak dan tekanan darahnya naik sehingga ia mudah terserang penyakit baik fisik maupun psikis. Sejumlah riset ilmiah menyimpulkan bahwa amarah yang berkelanjutan dapat mengurangi usia manusia. Oleh karena itu, nabi menganjurkan kaum muslimin agar dapat menghindari sifat pemarah. Seorang layak marah jika kesucian atau hukum Allah ada yang dilanggar. Rasullah bersabda kepada orang yang marah, “Jika salah seorang dari kalian marah hendaknya ia diam.” Beliau juga bersabda, “Hendaknya seorang dari kalian tidak memutuskan hukum di antara dua orang yang bertikai dalam keadaan marah.” (HR. Muslim)

Al-quran menggambarkan amarah dengan kekuatan setan yang mengalahkan manusia dan mendorongnya melakukan perbuatan-perbuatan yang keji. Saat marah, Nabi Musa as melemparkan Lauh (Kitab Taurat) dan menarik kepala adiknya. Namun, saat kemarahannya reda, Nabi Musa as kembali mengambil Lauh tersebu. Allah berfirman, “Sesudah amarah Musa menjadi reda, lalu diambilnya (kembali) lauh-lauh (Taurat) itu; dan dalam tulisannya terdapat petunjuk dan rahmat untuk orang-orang yang takut Tuhannya.” (Al-A’raf: 154). Seakan-akan amarah adalah bisikan setan yang mendesak Musa untuk melemparkan Lauh itu.

Untuk menghindari amarah dibutuhkan kontrol jiwa disertai dengan iman yang ikut kepada Allah. Rasullah memuji perilaku ini dalam haditsnya, “Bukanlah orang yang kuat itu dengan kekuatan fisiknya, tetapi yang kuat adalah orang yang dapat menahan dirinya saat marah.”




CARA-CARA ISLAMI MEREDAKAN MARAH :
  • PENGOBATAN TEORETIS
1. Mengingat dalil-dalil yang dikandung Al-quran dan hadits tentang pujian terhadap kesabaran dan orang-orang yang bersabar, serta mengingat besarnya pahala kesabaran yang akan didapat dihari akhir.
2. Orang yang dikuasai amarah hendaknya menyadari bahwa kuasa Allah lebih kuat daripada kekuatannya atas orang yang ia marahi. Dengan demikian, Allah akan meringankan amarah dan siksa-Nya.
3. Seseorang harus mengingat kondisi-kondisi orang yang marah. Perilaku dan perbuatan orang marah sangat tidak terpuji. Dengan demikian, yang bersangkutan akan berpikir dengan matang sebelum marah-marah.
Rasullah bersabda, “Tak ada takaran yang lebih besar pahala-Nya di sisi Allah dari takaran amarah yang ditahan seorang hamba demi mencari rida Allah.” (HR. Ibnu Majah).

  • PENGOBATAN PRAKTIS
1. Membaca ta’awwudz (Kalimat: a’udzu billah).
2. Berdoa. Rasullah telah mengajari Aisyah sebuah doa yang patut diucapkan saat marah. Ibnu as-suni, dalam Amal al-Yaum wa al-Lailah, menyebutkan, jika Aisyah marah, Rasullah menarik hidungnya lalu bersabda kepadanya, “Wahai ‘Uwaisy (panggilan kesayangan beliau untuk Aisyah), ucapkanlah: Allahumma rabb an-nabiyyi Muhammad, ighfir li dzanbi, wa adzhib ghaidza qalbi, wa ajirni min mudhallati al-fitani.
(Ya Allah, wahai Tuhan Muhammad, ampuni dosaku, hilangkan amarah hatiku, dan selamatkan aku dari kesesatan fitnah).”
3. Diam saat marah. Jika seseorang dikuasai amarah, maka hendaknya ia diam. Diriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa Rasullah bersabda, “Ajarilah, permudahlah dan jangan mempersulit. Dan jika salah seorang dari kalian marah, hendaknya ia diam.” (HR. BUKHARI).¹³
4. Duduk dan berbaring. Apabila sikap diam tidak memberi pengaruh apa-apa, maka duduk dan berbaring bisa menyembuhkan amarah. Nabi bersabda, “Jika salah seorang dari kalian marah dan ia sedang berdiri maka hendaknya ia duduk. Dan jika marahnya belum sirna, maka hendaknya ia berbaring.” (HR. Abu Dawud).
5. Wudhu dan mandi. Jika cara diatas tidak juga berhasil, maka hendaknya orang yang marah segera berwudhu dan mandi. Nabi bersabda, “Marah itu dari setan, dan setan terciptanya dari api. Api hanya bisa dipadamkan dengan air. Jika salah seorang dari kalian marah, hendaknya ia berwudhu.” (HR. Abu Dawud).



Itulah ulasan mengenai amarah dan cara meredakan amarah menurut Islam. Jika, kita sedang marah, sebaiknya kita mengikuti cara-cara diatas agar amarah kita reda, dan ucapkan istighfar. Selalu bersikap sabarlah dalam kehidupan sehari-hari, agar kita selalu terhindar dari amarah.

Sekian, sampai jumpa di artikel selanjutnya.



Sumber: Saya kutip dari Buku “Sains Dalam Al-Quran” karya Dr. Nadiah Tharayyatah, halaman 127-130.

SHARE :
CB Blogger

Posting Komentar

Nugroho Pangestu . Diberdayakan oleh Blogger.
 
Copyright © 2013-2017 Nugroho Pangestu. All Rights Reserved. Powered by Blogger
Template by Creating Website | CB Blogger | Nugroho Pangestu